Kiriman member : Lina Ana
Tahun 1944, Lorraine Johnson adalah seorang ibu rumah tangga muda yang baru menikah yang hidup di kota kecil Driftwood di Pennsylvania, Amerika Serikat. Suaminya, Charles Johnson adalah seorang pilot pesawat pembom dari Angkatan Udara Amerika Serikat yang tengah bertugas di Eropa dalam usaha pasukan Sekutu merebut kembali negara-negara di Eropa yang tengah diduduki Nazi Jerman pada saat itu.
Tahun 1944, Lorraine Johnson adalah seorang ibu rumah tangga muda yang baru menikah yang hidup di kota kecil Driftwood di Pennsylvania, Amerika Serikat. Suaminya, Charles Johnson adalah seorang pilot pesawat pembom dari Angkatan Udara Amerika Serikat yang tengah bertugas di Eropa dalam usaha pasukan Sekutu merebut kembali negara-negara di Eropa yang tengah diduduki Nazi Jerman pada saat itu.
Mereka belum dikaruniai seorang
anak. Namun Lorraine sangat akrab dengan lingkungan sekitarnya termasuk semua
tetangga-tetangganya. Lorraine sangat mengenal mereka satu persatu.
Di lingkungan Lorraine tinggal,
terdapat sebuah Gereja di mana Lorraine sangat aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan di Gereja tersebut terutama setelah sang suami berangkat ke
Eropa untuk berperang.
Di Gereja itulah biasanya juga
orang mendengar mengenai berita-berita perang di garis depan, selain itu Gereja
itu juga sebagai tempat bersosialisasi para jemaahnya, karena itulah Lorraine
sangat mengenal jemaah-jemaah Gereja tersebut yang kebanyakan tentu adalah
tetangga-tetangganya dan juga pendeta Paul Reeves, pendeta di Gereja itu.
Suatu malam, atau tepatnya
pagi dini hari, sekitar pukul 2, Lorraine terbangun dari tidurnya, ia mendengar
lonceng Gereja dibunyikan. Ia sedikit terkejut karena itu bertanda bahwa jemaah
diajak berkumpul di Gereja tersebut. Iapun sangat was-was karena tidak biasanya
pendeta Reeves mengumpulkan jemaahnya di pagi buta seperti ini.
Mungkin ada berita sangat penting
yang harus disampaikan sehingga harus mengumpulkan jemaah sepagi ini, begitu
fikir Lorraine dengan hati cemas. Lalu dengan berpakaian secukupnya Lorraine
segera bergegas menuju Gereja itu.
Setelah sampai di Gereja itu,
Lorraine melihat Gereja telah dipenuhi oleh jemaah, namun ia sangat heran
karena tidak ada satupun jemaah yang ia kenal dan pula pendeta yang berbicara
di atas mimbar juga bukan pendeta Paul Reeves yang ia kenal.
Namun Lorraine berusaha untuk
tetap tenang dan tidak banyak bertanya lalu ia mulai mendengar pendeta asing
tersebut berbicara di atas mimbar. Namun tiba-tiba pendeta tersebut berkata
Mari kita kumpulkan dana, untuk Gereja kita dan juga bagi mereka-mereka yang
tengah berperang demi keadilan di seberang lautan sana! begitu himbau sang
pendeta.
Lalu seseorang dengan nampan
kecil mulai mendatangi satu-persatu jemaah untuk dimintai sumbangannya
didampingi oleh sang pendeta. Ketika sampai pada giliran Lorraine, ia baru sadar
bahwa ia tak membawa uang sesenpun. Maaf pak pendeta tapi saya benar-benar lupa
membawa uang begitu ucap Lorraine. Tapi, anda sebaiknya menyumbang karena ini
penting buat keadilan dan memenangkan perang begitu ujar sang pendeta membalas
ucapan Lorraine.
Kalau begitu pak pendeta,
izinkanlah saya pulang dulu sebentar untuk mengambil uang begitu pinta Lorraine
selanjutnya. Tak perlu, nyonya! Anda mempunyai cincin kawin di jari manis anda!
Relakanlah itu! Tuhan akan memberkatimu Nyonya! Begitu pinta sang pendeta.
Tapi pak pendeta! Ini cincin
kawin saya dan suami saya! Saya mohon, izinkanlah saya pulang untuk mengambil
uang begitu pinta Lorraine sekali lagi. Tak perlu! Ayo relakan! Begitu pinta
sang pendeta sekali lagi dengan sangat memaksa. Dan tiba-tiba seluruh jemaah
yang ada di Gereja itu serentak mengatakan Relakan! Relakan! Relakan! dalam
bentuk sebuah koor. Karena malu, takut dan bingung dengan berat hati Lorraine
mencabut cincin kawinnya dari jari manisnya untuk diserahkan kepada orang yang
membawa nampan tersebut.
Terima kasih! begitu kata sang
pendeta dengan nada datar. Karena sedih Lorraine segera menutup muka dengan
kedua tangannya. Namun tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya sambil
berkata: Lorraine! begitu sapanya dengan ramah. Suara itu sangat ia kenal.
Pendeta Reeves! Lorraine membalas sapaan itu dengan hati lega. Sedang apa kamu
di sini pagi-pagi begini Lorraine? begitu tanya pendeta Reeves keheranan.
Saya sedang menghadiri pertemuan
di Gereja ini, bukankah begitu? jawab Lorraine. Pertemuan apa????? tanya
pendeta Reeves penuh keheranan. Lorraine tiba-tiba tersadar bahwa ruangan
Gereja tempat ia berada ternyata kosong dan gelap. Sudahlah Lorraine! Ayo
pulang! Mungkin anda terlalu lelah dan tertidur di Gereja dan bermimpi. Atau
bisa jadi anda berjalan sambil tidur! begitu balas pendeta Reeves sambil
tersenyum dan setengah bercanda.
Tapi pendeta Reeves, pertemuan
tadi sangat nyata! dan tiba-tiba Lorraine tersadar bahwa cincin kawinnya telah
hilang dari jari manisnya. Pendeta Reeves, tadi saya menyerahkan cincin saya
sebagai sumbangan dan kini cincin kawin saya benar-benar hilang, bagaimana ini
bisa terjadi? Pertemuan tadi jelas-jelas nyata sanggah Lorraine. Sudahlah
Lorraine! Mungkin anda melepas cincin kawin anda dan anda lupa meletakannya di
suatu tempat di rumah.
Sudahlah, mari saya antar pulang!
Kalau kamu mau bicara kita lanjutkan esok hari begitu kata pendeta Reeves
dengan ramah. Karena merasa agak malu dan tidak ingin mengganggu pendeta Reeves
lagi, maka Lorraine segera memenuhi permintaan pendeta Reeves untuk pulang ke
rumah. Pukul 7 pagi, ketika Lorraine hendak membuat sarapan untuk dirinya,
tiba-tiba bel pintu rumahnya berbunyi. Lorraine segera bergegas membukakan
pintu.
Ternyata dua orang dari Angkatan
Udara membawa sebuah surat. Maaf nyonya! Kami harus mengantarkan berita duka
ini! Begitu kata salah satu di antaranya sambil membuka topi militernya sebagai
tanda penghormatan. Mendengar hal itu tiba-tiba Lorraine menjadi sangat lemas,
namun ia masih berusaha untuk membaca surat resmi dari Angkatan Udara tersebut.
Di situ dijelaskan bahwa Charles
Johnson, suami Lorraine tewas seketika karena pesawat bombernya ditembak hancur
di udara oleh meriam anti serangan udara Jerman di atas daerah Fougres di
Perancis. Pesawat tersebut tepat tertembak pada saat Lorraine melepaskan cincin
kawinnya pada saat di Gereja malam itu.
Belum Pernah Menang Dalam Bermain Poker Online ???
ReplyDeleteSegera Daftarkan ID Anda di SmsQQ Yang Marupakan Agen Judi Online Terpercaya
Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ ini Begitu Banyak,diantaranya:
- Tidak ada settingan apapun dalam permainannya 1000%
- Deposit Minimal Sangat Terjangkau Yaitu Rp.10.000
- Proses Setor dan Tarik Dana dijamin tidak ada kata lama,hanya memerlukan waktu 1-3 menit.
- Kebanjiran Bonus disetiap Harinya
- Bonus Turnover 0.3%-0.5%
- Bonus Refferal 20%
- Customer Service bersedia melayani Anda Selama 24 jam dengan pelayanan yang begitu sopan dan ramah.
- Berkerja sama dengan 4 bank lokal antara lain : ( BCA-MANDIRI-BNI-BRI )
Jenis Permainan yang Disediakan ada 7 jenis :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker
Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com
Ayo Jangan Lama-lama lagi,Segera Daftarkan Sekarang Juga...