CSH - Jika anda berpergian ke Kota Bandung, pasti
tidak akan lengkap apabila tidak berkunjung kesalah satu Jalan Dago. Di jalan
ini banyak sekali Factory Outlet dan juga tempat - tempat makanan kuliner yang
enak; bahkan bila pada malam minggu, Jalan Dago dijadikan salah satu tempat
tongkrongan para kalangan anak muda.
Selain sebagai tempat salah satu
wisata,di kawasan Dago ini juga banyak memiliki cerita mitos seram dan
horor yang beredar di antara kalangan masyarakat. Berikut ini adalah Cerita
dari Lia, salah satu Mahasiswi gadis muda di Universitas Padjajaran
mengenai Hantu Berpayung Hitam di jalan Simpang Dago.
“Sewaktu saya masih kecil, ibu
saya sering bilang katanya mahluk halus itu tidak cuma keluar atau menampakan
wujudnya pada malam hari saja, ia juga bisa juga keluar pada siang hari. Awal
aku tidak mempercayai karena mungkin itu cuma alasan ibuku biar saya
tidak main di luar rumah pada siang hari pada waktu jam tidur siang.
Tapi sekarang ucapan dari ibuku
itu ternyata terbukti benar, hingga aku mengalami suatu perisiwa aneh,
Peristiwa aneh yang kualami ini berawal ketika sehabis dari perjalanan menuju
pulang dari kampus saya menuju tempatkost saya” kata Lia mengawali kisahnya.
“waktu itu Pas hari Jum’at siang,
saya sepulang dari kuliah, dan berniat untuk pulang. Aku menunggu ke pangkalan
tempat mobil angkot Cicaheum Ciroyom, kebetulan tempat itu tepat di depan
kampus UNPAD Dipatiukur. Karena mungkin hari Jum'at, angkot yang saya tumpangi
berpenumpang sangat sedikit.
Saya duduk dibangku kosong, dan
mendapatkan tempat duduk tepat dibelakan pak supir, sehingga pandangan saya
bisa langsung menghadap menuju pintu masuk angkot tersebut.”
“Mungkin karena Cuma baru
mendapatkan sedikit penumpang, sang supir terus menjalankan angkotnya dengan
perlahan. Dalam perjalanannya sebelum lampu merah di jalan Dago, aku melihat
seorang perempuan berdiri di sudut jalan, mencoba untuk mencegat mobil angkot
yang saya tumpangi.
Karena angkot berjalan sangat
lambat aku sempat memperhatikan secara detail pada perempuan itu. Perempuan itu
tengah mengenakan rok terusan berwarna hitam dengan motif bunga-bunga,
rambutnya ikal panjang terurai melewati bahu, dengan membawa sebuah payung
hitam. Saya tersenyum sendiri melihat penampilan dari perempuan itu, pada siang
hari bolong panas begini koq memakai pakaian yang berdominasi warna hitam”.
“ Tapi saya merasa heran, karena
angkot yang saya tumpangi ternyata tidak berhenti tepat di mana perempuan itu
sedang berdiri dan menghentikan mobil angkot ini. Sang supir malah
memberhentikannya tiga meter melewati dari perempuan itu, tepat di depannya ada
tiga orang laki-laki yang juga menghentikan mobil angkot ini.
‘Ah mungkin si sopir milih
penumpang yang banyak kali’ kataku dalam hati. Tapi ada aneh juga rasanya,
hanya tiga meter dari mobil angkot, namun perempuan itu tidak bergeming
sedikitpun untuk mendekati angkot yang saya tumpangi. saya cuman berguman
‘kenapa sombong sekali perempuan ini, apa nggak mau capek sedikit.’ Akhirnya
mobil angkot pun pergi meninggalkannya.”
Setelah mobil angkot melewati
Simpang Dago, pada saat menuju dekat jalan Sumur Bandung angkot itu kemudian
berhenti lagi karena mendapatkan penumpang lagi, seorang ibu dan anak
kecil.
Tak jauh dari situ ada berdiri
seorang perempuan, dan ‘ ya ampun.. i-tu kan perempuan yang tadi’ pikirku
dengan keheranan. Saya bisa pastikan bahwa perempuan itu adalah yang saya
tadi lihat sebelum lampu merah dijalan Dago tadi, Bajunya, Rambutnya dan Payungnya
pokoknya semuanya sama persis."
“Aku mencoba untuk meyakinkan
pandanganku dengan membuka mata dengan lebar –lebar, ‘masa sih, perempuan yang
tadi?. Ah ini hanya kebetulan saja’ pikirku. ‘ Tapi bagaimana bisa, sama muka,
sama pakaian yang dia pakai?’.
Dalam angkot timbul
pertanyaan-pertanyaan aneh yang menyelinap dalam benakku. Akhirnya aku
menyimpulkan mungkin hanya halusinasi saja, karena udara panas dan aku sendiri
sudah lelah. Akhirnya angkot yang kutumpangi kembali meneruskan perjalanan. Dan
seperti pertama kulihat, perempuan itu hanya berdiri saja tidak bergeming
sedikitpun untuk berusaha untuk menaiki angkot yang kutumpangi”.
“Tepat di di pertigaan Jalan
Siliwangi, di belokan ke ITB tidak jauh dari tempat angkot Cicaheum-Ledeng
ngetem, teriakan ‘Kiriii..!!!!!’ dari salah satu penumpang membuyarkan
pikiranku, saat itu juga aku memberikan jalan kepada penumpang yang akan turun.
Seperti biasanya aku selalu melihat ke arah luar angkot.
Tapi 'ya ampun’ disisi jalan
dekat pagar kawat berduri, tepat di depan pintu menghadap langsung ke arahku,
berdiri seorang perempuan , dan perempuan itu adalah perempuan yang kulihat
tadi, baju, rambut dan payung sama persis, karena berhadap-hadapan kurang lebih
4 meter, aku melihat jelas wajah perempuan itu dengan jelas.
Perempuan muda itu bermata sipit,
hidungnya bulat, tidak mancung, mukanya pucat pasi, dan dia tersenyum menatap
kearahku. Beberapa detik aku terkesima tak bergerak dan bulu kuduku merinding
disertai keringat dingin yang mulai mengucur.
Beberapa detik setelah itu terasa
olehku ada tangan yang menepuk-nepuk bahuku, rupanya ibu yang duduk disebelahku
. ‘kenapa Neng ? Kelihatanya nggak enak badan'ya ?‘ tanya ibu itu. Aku terdiam
sesaat ‘ehhh, nggak Bu, perempuan itu’ jawabku sambil menunjuk kearah perempuan
itu.Tapi, wanita itu menghilang “.
0 komentar:
Post a Comment